Havana88 – Enam warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur diduga terkena bakteri antraks.
Mereka sempat menjalani perawatan di rumah sakit sebelum akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing setelah diberikan antibiotik dari dokter.
“Mereka (pasien/pasien) tidak diisolasi, tapi kita edukasi untuk melakukan personal hygiene (swa-hygiene),” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Tulungagung, Didik Eka, saat dikonfirmasi melalui telepon di Tulungagung, Jawa Timur, Minggu (6/6).
Diakui Didik, penyakit antraks merupakan penyakit yang sangat menular dan berbahaya. Namun, penyakit ini pada dasarnya masih dapat dikendalikan.
“Sebenarnya kalau dugaan kami benar, itu (penyakit kulit) antraks, yang diberikan antibiotik tidak menular,” jelas Didik.
Namun, kata dia, pengobatan harus dilakukan terus menerus. Setidaknya 20 hari sejak penyakit mulai diobati dengan obat-obatan di bawah bimbingan dan pengawasan dokter. Tidak ada anjuran langsung bagi enam pasien ini untuk melakukan isolasi ketat di rumah.
Tim medis dari Puskesmas Pagerwojo dan Dinas Kesehatan yang aktif memberikan bantuan hanya meminta yang bersangkutan untuk rutin minum obat dan antibiotik, serta menjaga kebersihan.
“Kami juga sudah melakukan tracing ke warga sekitar, sejak kasus pertama ditemukan pada Rabu (2/6), dengan melakukan kunjungan langsung dari rumah ke rumah,” lanjutnya.
Akibatnya, belum ada laporan tambahan kasus baru yang ditemukan. Tenaga kesehatan saat ini memilih untuk aktif memantau dan memeriksa pasien/pasien dengan berkunjung ke rumahnya yang berada di Dusun Toro, Desa Sidomulyo.
Kasus antraks di Tulungagung menjadi perhatian khusus Dinas Peternakan Jawa Timur dan Kementerian Pertanian. Dinas Peternakan mendatangkan tim khusus dari Balai Veteriner Wates Yogyakarta.
Sampel organ dalam ternak mati, tanah tempat pembuangan kotoran ternak di lingkungan tercemar telah diambil untuk diperiksa.
Demikian pula sampel darah dan daerah kulit warga yang mengalami gejala kulit melepuh berupa cincin dengan warna gosong di tengahnya, yang sangat mirip dengan antraks.
Untuk sampel dari organ tubuh yang terkontaminasi, feses dan tanah kandang, BB Veteriner Wates Yogyakarta telah mengkonfirmasi kepada Pemerintah Kabupaten Tulungagung bahwa penyebab kematian sejumlah sapi di Desa Sidomulyo adalah bakteri antraks. Namun untuk sampel luka kulit warga, masih dalam pemeriksaan tim laboratorium dari BB Veteriner Yogyakarta.
Didik berharap minggu ini, Kamis (10/6) sudah keluar hasilnya dan bisa diterima.