Havana88 – Umumnya, sebuah klub tidak perlu memberikan uang pesangon kepada pelatih atau pemain yang kontraknya telah habis. Namun hal ini tidak berlaku bagi Ronald Koeman di Barcelona.
Koeman diangkat sebagai pelatih saat Barcelona masih di bawah kepemimpinan Josep Maria Bartomeu. Pria berdarah Belanda itu ditunjuk sebagai pengganti Quique Setien yang dicap gagal.
Musim perdananya tidak berakhir dengan sukses. Meski mampu mempersembahkan trofi, kegagalan di pentas La Liga dan Liga Champions tetap membuat Koeman dicap sebagai pelatih gagal juga.
Presiden baru Barcelona, Joan Laporta, dikabarkan ingin menggantikan Koeman dengan sosok lain. Namun hingga kompetisi dimulai, dia tidak melakukan itu dan membiarkan Koeman melanjutkan pekerjaannya di Camp Nou.
Gulir ke bawah untuk membaca informasi lebih lanjut.
Tetap Dapat Uang Pesangon
Memecatnya di tengah kompetisi lari bukanlah tindakan yang bijak. Pasalnya, Barcelona harus memberikan uang pesangon kepada Koeman. Karena itu, yang terbaik adalah membiarkannya menghabiskan sisa kontraknya.
Sayangnya, Barcelona masih harus mengeluarkan uang jika tidak memperpanjang masa jabatan Koeman. Kesepakatan terkait hal itu tertuang dalam kontrak yang ditandatangani Koeman saat klub masih dipimpin Bartomeu.
Nilainya tidak bisa dikatakan sedikit. Menurut El Club de la Mitjanit, Barcelona harus membayar enam juta euro (setara Rp 100 miliar) jika manajemen memilih untuk tidak memperpanjang masa jabatannya.
Biaya pemutusan kontrak di timnas Belanda
Bisa dibilang ini merupakan bentuk kembalinya klub kepada Koeman. Dalam laporan yang sama, diketahui jumlah yang harus dibayar Koeman untuk mengakhiri kontraknya dengan timnas Belanda demi memenuhi proposal Barcelona.
Posisi Koeman mungkin terlihat terpojok karena beberapa hasil buruk yang menimpa Barcelona baru-baru ini. Namun pada akhirnya, justru Koeman yang berada di atas angin karena bisa mengantongi uang terlepas dari keputusan klub.
Jika Anda memecat Koeman lebih cepat, Barcelona bisa menghadapi biaya yang semakin melambung. Pesangon yang harus dibayarkan mencapai 14 juta euro (setara Rp 233 miliar).