Havana88 – Indonesia belum mampu memproduksi vaksin COVID-19 di dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah mengimpor vaksin dari berbagai negara untuk melindungi masyarakat dari virus COVID-19.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, impor vaksin sejauh ini sudah menghabiskan hampir Rp 70 triliun. Airlangga meminta lembaga penelitian dan pengembangan di Indonesia, termasuk BPPT, untuk mendorong pengembangan teknologi biosains di Indonesia.
“Kami berharap ketergantungan impor vaksin yang memakan devisa hampir Rp 70 triliun dapat dikurangi. Ke depan, biaya yang besar ini dapat didorong untuk mendorong kapabilitas teknologi biosains di Indonesia,” kata Airlangga dalam acara HUT BPPT secara virtual, Senin. (23/8/2021).
Ia juga meminta BPPT untuk berkontribusi lebih dalam pengembangan vaksin Merah Putih. Dia mengatakan vaksin produksi dalam negeri ini bisa diproduksi pada 2022.
“Diharapkan bisa berkontribusi dalam penanganan pandemi COVID. Terutama pengembangan vaksin Merah Putih dan vaksin adaptasi teknologi lainnya. Tahun 2022 diharapkan sudah bisa dipanen,” kata Airlangga.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli 2021 impor nonmigas Indonesia meningkat di sejumlah kategori barang. Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan impor terbesar terjadi pada produk farmasi, yakni naik menjadi US$ 185 juta.
“Produk farmasi mengalami kenaikan terbesar karena impor vaksin,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (18/8/2021).
Jika dirinci, dari total impor produk farmasi sebesar US$ 185 juta, sebanyak US$ 150 juta merupakan nilai impor vaksin. Nilai tersebut setara dengan Rp2,1 triliun (dalam kurs Rp14.400).