Havana88 – Aksi protes terhadap sistem Penerimaan Siswa Baru (PPDB) SMA/SMK 2021 digelar oleh sejumlah siswa yang tergabung di dalam Aliansi Pelajar Surabaya. Mereka mendesak pemerintah segera meniadakan sistem penerimaan siswa berdasarkan zonasi di dalam aksi tersebut.
Mahasiswa membawa poster protes, seperti, ‘PPDB Jatim 2021 berisi air mata’, ‘Zona Solusi Solu-solu’, ‘Mereka mengatakan bahwa pemerataan terasa seperti penderitaan’ hingga ‘Buat Kebijakan yang Membuat Kami Menjadi Korban’. Ketua Umum Aliansi Pelajar Indonesia Mirza Akmal Putra mengatakan, pihaknya telah tegas meminta Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim untuk segera menghapus garis zonasi PPDB.
“Akibatnya, berdasarkan hukuman pemerataan pendidikan, kami tidak terima, kami menyerukan 2021 garis zonasi,” kata Mirza, Rabu (2/6).
Menurut mereka sistem zonasi adalah wajah buruk dari sistem pendidikan. Karena fasilitas dan sekolah dinilai tidak merata di setiap daerah.
Akibatnya, kata dia, banyak siswa yang tidak diterima di sekolah sasaran. Menurut catatan ada 3.000 siswa di Surabaya yang gagal masuk ke sekolah tujuan.
Ia juga menuntut pemerintah turun tangan dan bertanggung jawab terhadap anak-anak yang tidak bisa sekolah. Ia juga memohon kepada Pemprov Jatim untuk mengakhiri zonasi pada PPDB serta membangun fasilitas pendidikan yang merata.
Kemudian meminta Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, untuk membantu mahasiswa di Surabaya.
Salah satu orang tua, Kurnianti Herdiandari, mengeluhkan sistem zonasi PPDB tahun ini. Dia mengatakan sistem telah mencegah putranya diterima di sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya.
“Anak saya tidak diterima di sekolah yang diinginkan dan akan dituju. Padahal jaraknya dekat. Jalur prestasinya kalah dengan siswa dari luar kota yang nilainya tinggi,” kata Kurnia.
Ia juga meminta pemerintah mengkaji ulang sistem zonasi. Apalagi, kata dia, di masa pandemi banyak orang tua yang ekonominya terganggu sehingga tidak mampu membiayai sekolah anaknya jika harus bersekolah di sekolah swasta.
Ia mengatakan bahwa dirinya banyak mendapat aduan dari teman-teman, mereka bingung anaknya mau sekolah dimana, sedangkan untuk sekolah swasta tidak ada biaya karena adanya pandemi ini.