Havana88detik – Pandemi Corona berhasil membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terkesiap pada tahun 2020. Awalnya, pemerintah menyebut tahun ini sebagai tahun pertumbuhan ekonomi, baik secara global maupun nasional.
Namun, kehadiran Corona yang dimulai di Wuhan, China, berhasil mengubah arah optimisme ekonomi. Buktinya, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada level 2,97%. Angka ini menyusut 2,41% dibandingkan kuartal keempat 2019.
Penyebab utamanya adalah COVID-19 yang telah menyebar di China. Dengan Corona, banyak negara yang memberlakukan pembatasan atau lockdown terutama di sektor pariwisata. Hal tersebut membuat perekonomian tidak berjalan normal dari sebelumnya.
Berdasarkan catatan detikcom, Rabu (30/12/2020), kondisi ekonomi semakin stagnan ketika WHO mengumumkan pandemi COVID-19 pada Maret 2020. Pengumuman tersebut membatasi aktivitas atau aktivitas ekonomi dan sosial.
Benar saja, akibat adanya pembatasan tersebut, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia langsung anjlok pada triwulan II-2020. Realisasinya minus 5,32%, angka ini terendah sejak triwulan I 1999. Saat itu, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi. sebesar 6,13%.
Dengan realisasi minus 5,32%, bahkan secara triwulanan perekonomian nasional mengalami kontraksi 4,19%. Rendahnya perekonomian Indonesia terlihat dari semua komponennya, seperti konsumsi rumah tangga yang minus 5,51%. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi minus 8,61%.
Selanjutnya ekspor minus 11,66%, sedangkan impor minus 16,96%. Konsumsi pemerintah minus 6,9%. Konsumsi Lembaga Non Profit Yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) minus 7,76%.
Selain itu, sebagian besar sektor industri juga mengalami pertumbuhan negatif. Hanya sedikit yang masih tumbuh positif yaitu informasi dan komunikasi, jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan air bersih.
Dengan realisasi pertumbuhan minus, pemerintah tak tinggal diam. Melalui Kementerian Keuangan, pemerintah telah memberikan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 695,2 triliun.
Dengan upaya tersebut, pemerintah berhasil menekan penurunan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III tahun 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) mencanangkan pertumbuhan ekonomi nasional minus 3,49%. Secara triwulanan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,05%.
Dengan realisasi tersebut, Indonesia resmi masuk dalam daftar negara yang mengalami resesi bersama banyak negara lain yang pernah terjadi pada kuartal kedua. Resesi adalah pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Indonesia kembali mengalami resesi setelah 22 tahun lalu. Pada tahun 1998, realisasi perekonomian pada triwulan II pertumbuhan ekonomi nasional minus 13,34%. Sedangkan realisasi triwulan I tahun 1998 minus 4,49%. Tidak berhenti sampai disitu, realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III 1998 masih minus 16,00%, dan triwulan IV 1998 minus 18,26%.
Pertumbuhan ekonomi nasional masih berada di zona negatif pada triwulan I 1999 dengan realisasi minus 6,13%. Setelah itu, perekonomian nasional mulai tumbuh positif hingga akhirnya kembali negatif pada triwulan II tahun 2020 dan triwulan III tahun 2020.
Sedangkan untuk triwulan IV tahun 2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada pada level minus 2,9% hingga minus 0,9%. Proyeksi ini lebih rendah dari level sebelumnya di minus 1,6% menjadi positif 0,6%.
Sementara itu, hingga akhir tahun, mantan Direktur Utama Bank Dunia itu memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran minus 2,2% hingga minus 1,7%.